puisi sunyi rasalah, kata tak hendak menangkup rasa, mata mati cahaya, gelisah ombak merangkai ucap, matahari yang pura-pura pamit, meninggalkan garis terputus di cakrawala, sebentar berkedip pada riak telaga, datangmu serupa angin, membuka pintu malam labirin waktu mengendap-endap di balik detak, segumpal embun menggantungi jemari malam, sunyiku… dan cahaya pertama menyapa, dengan sedikit kerling nakal, selamat pagi, hiruk-pikuk ...... lalu kereta pun tertambat langkah, bangku tua pada stasiun senja, merentang jarak maya-MU, nama-MU sunyikan imajiku, wajah-MU matikan mapanku, sunyi-MU tahkluk-ku masihkah aku kekasih-MU!!!!! mdn, 16610