yang masih meninggi menghablur titik embun dini hari pada bongkah rasa nan tersendat tanpa pelana membaca kidung megatruh mengusung asap dupa merentang jarak hadirmu memampatkan gerimis sepenuh pelataran ketika teratai pertama mekar mengisi kekosongan kolam memberi singgasana tertinggi pada perhentian ‘aku’ lalu siang-malam berganti pagi dan senja pun mewarnai dalam pesta warna-warna sahaja kupu-kupu, kunang-kunang, cicit prenjak, nyanyian jankrik, matahari dan rembulan adalah teman bermain tak jarang menghias rambut dan pipi dengan bayang merah dan biru merona ‘aku’ pun sering tersipu bersembunyi malu-malu masih bongkah rasa itu menunggui teratai di bibir kolam sementara hadirmu kemana angin telah membawa cinta terpuja kepada sang perkasa pada sebuah prosesi dd : mn 0209
Komentar