Postingan

Menampilkan postingan dari 2010

kuraih ruh-ku

waktu itu hanya ada dua cahaya saja mereka saling menyediakan tempat untuk berbagi pada pelataran berperdu dan tanah berumput dua cahaya itu satu berwarna putih dan satunya lagi tak berwarna namun mereka saling menolak bila salah satunya memanggil dengan sebutan warnanya mereka masing-masing lebih suka bila dipanggil ‘sayang’ warna itu adalah tangga perjalanan sebuah undak menuju stasi berikut pada cerukan dan gundukan nafas lagu langit malam pada sepenggal pujian semesta menyusupkan rahasia rasa ketika malam kian menghitam dan anak-anak angsa bersembunyi di ketiak ibunya ayat-ayat tak lagi bermakna paras tak lagi memberi arti emas permata bukan pembanding terang tak menyilaukan gelap tak membutakan lembut tak melenakan kasar tak memberi luka satu warna satu cahaya ruh-ku menetes menghablur 1001 nama dd, mn 27910

puisi sunyi

puisi sunyi rasalah, kata tak hendak menangkup rasa, mata mati cahaya, gelisah ombak merangkai ucap, matahari yang pura-pura pamit, meninggalkan garis terputus di cakrawala, sebentar berkedip pada riak telaga, datangmu serupa angin, membuka pintu malam labirin waktu mengendap-endap di balik detak, segumpal embun menggantungi jemari malam, sunyiku… dan cahaya pertama menyapa, dengan sedikit kerling nakal, selamat pagi, hiruk-pikuk ...... lalu kereta pun tertambat langkah, bangku tua pada stasiun senja, merentang jarak maya-MU, nama-MU sunyikan imajiku, wajah-MU matikan mapanku, sunyi-MU tahkluk-ku masihkah aku kekasih-MU!!!!! mdn, 16610