Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2009

doa serdadu

doa serdadu sebentar sebentar saja beri aku waktu sebentar lagi hingga aku selesaikan tulisan terakhir ini sebelum malam kau turunkan dari singgasana dan melumat aku dalam dekapnya hingga sunyi tersisa pada kertas kosong ijinkan ijinkan aku membacakan sajak hati tentang peperangan dan cita-cita di mana jiwa-jiwa menjadi renta sebelum waktu dan anak-anak kehilangan masa kerabat terpisah tercerai-berai angan-angan kandas musnah kosong setidaknya beri kesempatan sangkurku menemukan sarung dan mesiu tepat menancap sasaran agar nafas terakhir menjadi hak jelas melafal namamu mengering darah mampat (mungkin bendera akan berkibar setengah tiang sepulangku) dd : mn 0309

bening

bening kristal embun menggantung di ujung helai rambut ketika hari baru saja beranjak semalaman kau menunggu pada sebuah pintu terbuka sinar pertama memberimu makna “biarkan saja tanggal seluruh kelopak kembangku, sampai embun menggenang memenuh kolam, aku akan masih di sini, menunggu sinarmu!” pagi ini aku menyapamu, seperti hari-hari kemarin selalu saja senyum menyimpul langkahku hingga aku sempat berkaca di bola matamu dan tak kubaca rangkai kata-kata: bening “biarlah senja menenggelamkan seluruh lamunanku, hingga gelap memberiku cukup ruang untuk mengukirmu, dan merangkai sajak untuk esok, pada sinarmu!” tengah malam nanti bersama purnama, aku bacakan mantraku aku melamarmu: bening dd : mn 0309

endap

endap kubunuh angin : mati gerak kubunuh rasa : mati imaji kubutakan indera : mati cipta kubungkam daya : mati suara menunggang waktu menunggu pada hitungan meninggi dd : mn 0209

yang masih

yang masih meninggi menghablur titik embun dini hari pada bongkah rasa nan tersendat tanpa pelana membaca kidung megatruh mengusung asap dupa merentang jarak hadirmu memampatkan gerimis sepenuh pelataran ketika teratai pertama mekar mengisi kekosongan kolam memberi singgasana tertinggi pada perhentian ‘aku’ lalu siang-malam berganti pagi dan senja pun mewarnai dalam pesta warna-warna sahaja kupu-kupu, kunang-kunang, cicit prenjak, nyanyian jankrik, matahari dan rembulan adalah teman bermain tak jarang menghias rambut dan pipi dengan bayang merah dan biru merona ‘aku’ pun sering tersipu bersembunyi malu-malu masih bongkah rasa itu menunggui teratai di bibir kolam sementara hadirmu kemana angin telah membawa cinta terpuja kepada sang perkasa pada sebuah prosesi dd : mn 0209

fatamorgana hari senja

fatamorgana hari senja berdiri bersaksi atas kesempatan kesepakatan bukan untuk menanti pergantian malam sementara pergimu tinggalkan botol-botol kosong berserak putaran arloji penunjuk waktu tak hendak beranjak sampaikan jarak pada jiwa lelah lubang menganga kebekuan rindu haruskah bunyi lonceng beradu suara pada pergantian musim sebentar lagi ketika kekalahan memaksa jera dan kertas menunggu sketsa umpama rel dan kereta tengkuk malam menekuk melukis nisan dengan tinta biru dd : mn 0209 sumbangan 20 kata si kiki

seka

seka bergelar pelataran ilalang berpagar semak perdu pengembaraan angan mengusung semangat pencarian makrifat bejana kehidupan tanpamu belingsat sejadi-jadinya setiap perhentian menggapai-gapai undak pemahaman sebuah ruang kosong berhenti jiwa menanggalkan beban pada maha hitam bulan-bintangmu gandeng tangan nuraniku sisikan padamu agar keringatku menyubur bathin berserah tanpa apa benar-salahmu menyeka dahaga dd : mn 0209