kuraih ruh-ku

waktu itu
hanya ada dua cahaya saja
mereka saling menyediakan tempat untuk berbagi
pada pelataran berperdu
dan tanah berumput

dua cahaya itu
satu berwarna putih
dan satunya lagi tak berwarna
namun mereka saling menolak
bila salah satunya memanggil dengan sebutan warnanya
mereka masing-masing lebih suka bila dipanggil ‘sayang’

warna itu
adalah tangga perjalanan
sebuah undak menuju stasi berikut
pada cerukan dan gundukan nafas

lagu langit malam
pada sepenggal pujian semesta
menyusupkan rahasia rasa
ketika malam kian menghitam
dan anak-anak angsa bersembunyi di ketiak ibunya

ayat-ayat tak lagi bermakna
paras tak lagi memberi arti
emas permata bukan pembanding
terang tak menyilaukan
gelap tak membutakan
lembut tak melenakan
kasar tak memberi luka

satu warna
satu cahaya
ruh-ku menetes
menghablur 1001 nama


dd, mn 27910

Komentar

Postingan populer dari blog ini

balada kampung kaki