puisi sunyi
puisi sunyi
rasalah,
kata tak hendak menangkup rasa,
mata mati cahaya,
gelisah ombak merangkai ucap,
matahari yang pura-pura pamit,
meninggalkan garis terputus di cakrawala,
sebentar berkedip pada riak telaga,
datangmu serupa angin,
membuka pintu malam
labirin waktu mengendap-endap di balik detak,
segumpal embun menggantungi jemari malam,
sunyiku…
dan cahaya pertama menyapa,
dengan sedikit kerling nakal,
selamat pagi, hiruk-pikuk ......
lalu kereta pun tertambat langkah,
bangku tua pada stasiun senja,
merentang jarak maya-MU,
nama-MU sunyikan imajiku,
wajah-MU matikan mapanku,
sunyi-MU tahkluk-ku
masihkah aku kekasih-MU!!!!!
mdn, 16610
rasalah,
kata tak hendak menangkup rasa,
mata mati cahaya,
gelisah ombak merangkai ucap,
matahari yang pura-pura pamit,
meninggalkan garis terputus di cakrawala,
sebentar berkedip pada riak telaga,
datangmu serupa angin,
membuka pintu malam
labirin waktu mengendap-endap di balik detak,
segumpal embun menggantungi jemari malam,
sunyiku…
dan cahaya pertama menyapa,
dengan sedikit kerling nakal,
selamat pagi, hiruk-pikuk ......
lalu kereta pun tertambat langkah,
bangku tua pada stasiun senja,
merentang jarak maya-MU,
nama-MU sunyikan imajiku,
wajah-MU matikan mapanku,
sunyi-MU tahkluk-ku
masihkah aku kekasih-MU!!!!!
mdn, 16610
Komentar