dia, luh, aku, dan mereka

dia, luh, aku, dan mereka


tit tit tit boom
malam indah membara
tersentak gemuruh tercabik

saudaraku,
bukan aku tak menghargai semangatmu,
bukan aku tak mengakui keyakinanmu,
tapi lihatlah,
anak kehilangan ibunya,
perempuan kehilangan lelakinya,
lelaki kehilangan buminya,
serentak mereka terkapar dalam keping,
tanpa sempat mengucapkan janji terakhir,
tanpa sempat meninggalkan kata perpisahan,
saudaraku,
aku tahu tempat tertinggi yang kau tuju,
aku paham hadiah terhormat yang kau buru,
namun saksikan,
bayi merah harus terpisah dari dada ibunya,
sekeping hati harus kehilangan separuh jiwanya,
seorang lelaki harus menjadi ibu...

waktu pun bergulir,
pada tempat terakhir kau tinggalkan dia,
dalam dekapku,
seorang anak bertanya,
ayah, di sini ya tempatnya?

(luh,
kubawa warisanmu di sini,
kenalilah!)


dd : madiun, okt08

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kuraih ruh-ku

puisi si buta

balada kampung kaki