luh, perjamuan imajiner

luh, perjamuan imajiner


(jagad dewa, jagad jalma
luruh menyatu di pura dan candi
dengan tri-warna yang sama
tafakur sang jati samadhi
yoga padmasana
memangku teratai
lantunkan ritual doa
merengkuhmu dalam prosesi)

sayang,
bila sore nanti hujan tak jadi turun
dan kabut menghalang jalan
maka aku telah jauh di atas awan
meninggalkanmu pada buritan takdir
dan mewarisimu segurat luka

luh,
kita di sini pada putar balik waktu
persis kala berangkat
dengan baju yang sama
tapi hanya kita
karena ini meja kita
ingin kauceritakan padaku tentang penemuan-penemuan
ingin kuceritakan padamu tentang pencarian-pencarian
mari sesekali kita menyantap hidangan
biarkan bincang melarut rindu
memantul nyala lilin cumbu
setelah sekian lama menunggu


sayang,
kautahu setelah ini tidak akan pernah ada lagi
karena lilinku hanya sebatang
dan aku tak akan pernah kembali
kaulah yang harus datang
aku akan selalu menunggu
sementara kau habiskan waktu
mesti aku pun ingin berlama menghiburmu


luh,
biarlah malam tak jadi datang
tak mengapa aku di sini
asal waktu masih merentang
hingga kita bisa berbagi
dan masih ada lilin di meja makan
menerangi sejenak perjamuan

sayang,
tidak bisa begitu
kita adalah penunggang waktu
maka cukup untuk saat ini
kaulihat pelangi telah menanti
dan gerimis mulai turun
jendela kaca pun telah berembun
antarkan saja aku ke depan pintu
selesaikanlah waktumu
nanti kita pasti ketemu
pada perhentian berikut

(dan malam pun turun
padmasana menangkupkan tangan
dipangkuannya waktu kembali berputar
membukakan jalan bagi lembu-lembu
menuju gerbang pura dan candi-candi
sementara lampu-lampu taman perjamuan mulai dimatikan)


dd : denpasar-madiun, agust08

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kuraih ruh-ku

balada kampung kaki