luh, sebuah prologue

luh, sebuah prologue


aku lelah,
harus selalu menggeluti bayang tentangmu,
karena sebutir abu itukah
adamu mencandu,
meski tahun-tahun telah jauh membawamu

sore itu, diam
tak ada lagi waktu, ruang, dan gerak
semua berhenti pada satu perhentian yang sama
sore itu, pulas

sepotong rusukku
terbujur tanpa daya
sementara matra dan puji-pujian deras mengalir
menyisakan sungging di balutan putih kuning :
luh,
ijinkan aku sekali lagi memelukmu
sekali saja
ijinkan aku merasakan dingin yang kau rasakan
seperti kehangatan yang selama ini selalu kau berikan
bukankah kita sepasang kekasih
bukankah kita masih kekasih
sepotong rusukku, layon ini
mengapa ... mengapa
hanya diam

luh, aku takut
bila malam segera berlalu
di mana pagi akan menyeret aku
menenggelamkan aku di antara kerumunan doa-doa
memaksa langkahku yang tak lagi tegak
untuk mengantarmu
aku takut, luh
palebon ini pasti akan membawamu menjauh
melintas tapal tak berbatas
memasuki ruang tak berpenghalang
memutar waktu yang tak lagi berdetak
aku takut, luh
bila harus menyaksikan api merengkuhmu
meluluhkanmu dalam kesombongannya
luh, jangan hanya diam
kembalilah
peluk aku
sungguh peluk aku

di mana adamu
saat angin menerbangkan abu
saat satu-persatu menyentuh air
saat sebentar mengambang
dan tenggelam
di mana adamu
saat aku pada rasa tak karuan
saat tak ada satu ucapan pun berarti
saat aku hilang sadar
kemana setelah ini
di mana adamu

aku lelah, luh
karena sebutir abu itukah
kau selalu menyertai tahun-tahunku
sudahlah, luh
tunggu saja aku setelah ini
di pantai ini


dd : sanur,jul08

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kuraih ruh-ku

balada kampung kaki