senggama langit

senggama langit


diam,
masih diam,
perlahan meleleh, penuhkan rongga paru
menurun,
detak menurun,
perlahan sejajar, satukan ketukan rasa
jiwa buka kata:
“aku kembali menjumpa ada,
agar aku masih menjadi pemilik sejati,
mesti langkah kian merenta,
jangan tinggalkan aku pada putaran kesombongan”
sang ruh berbisik:
“aku masih di sini,
tetap seperti kemarin,
penjaga pintu bagi siapa tersadar,
menyiapkan perawan-perawan pengetahuan,
merapikan dipan altar persetubuhan sejati,
memahatkan butir-butir kesadaran pada dinding hati,
agar mereka selalu mawas”
jiwa kian merapat sujud:
“sesungguhnya, aku telah membuka seluruh aurat,
membaringkan segenap jiwa pada tuntunmu,
membiarkan tangan-tangan perawanmu membelai,
menikmati jilatan lidah-lidahnya,
sesungguhnya, tak ada lagi yang tertinggal,
maka ajaklah aku ke bilik-bilikmu,
agar bisa segera aku akhiri perjalanan ini”
santun ruh menggandeng:
“masuklah, tlah kusiapkan perawan tercantik untukmu,
dengan dada membusung dan bibir meranum,
tubuh montok aroma pun mengharum,
segeralah, sebelum habis malammu”

menggumpal,
dan bertambah menggumpal,
jiwa memasukkan kelaminnya ke ruang senggama perawan,
menebarkan benih-benih kehidupan dari ubun-ubun langit,
meneteskan keringat hangat pada hamparan ladang kesadaran,
hingga cerah memecah pundi-pundi pengetahuan,
tumbuhlah kecambah-kecambah jati,
kristalkan pencarian,
perlahan,
meleleh...mencair...melendir
melumur jiwa
mendekap sedekap
jiwa tuntaskan persetubuhan diri
turun dari langit
pada titik penemuan
sejati

dd : madiun, agust08

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kuraih ruh-ku

balada kampung kaki